News
Loading...

South Borneo Squad; Konspirasi Para Tuan Tanah Kalimantan Selatan

Pada tanggal 20 Juli 1861, Letnan Kolonel Gustave Verspijck, pemimpin Belanda yang saat itu berada di Banjarmasin, menerima sebuah surat yang berisi “...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)...”. Surat itu ditulis oleh Gusti Inu Kartapati atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Antasari.

Selang beberapa ribu tahun kemudian, semangat kemerdekaan yang dikobarkan oleh sang Pangeran masih tertanam dibenak para pemuda selatan pulau kalimantan, mereka me-merdeka-kan dirinya dari belenggu penjajahan industri musik yang lebih di dominasi oleh musik mendayu dengan lirik picisannya.
Maka pada tahun 2010, dirilislah sebuah pembuktian semangat “kemerdekaan” itu melalui ultimatum dalam bentuk DVD Dokumentasi yang bertajuk South Borneo Squad, berisikan 4 perwakilan band cutting-edge dari Banjarmasin hingga Banjarbaru, lahirlah single “We Are Not Dead”. Tak pelak, single ini menjadi anthem bagi muda-mudi Kalimantan Selatan dalam waktu yang cepat, beredar di gigs hingga pensi-pensi lokal.

Konspirasi yang bertujuan memberi nafas baru dalam lingkup musik lokal kalimantan Selatan, memberi harapan kepada mereka yang sudah muak dengan sajian televisi yang tidak sama sekali mencerminkan ke arah yang lebih baik. “katakan satu untuk kita semua yang memang berbeda di mata mereka, runtuhkan ego mu yang terlalu tinggi dan menjadi satu”  satu paragraf yang tertulis di DVD South Borneo Squad, sebagai bukti, bahwa konspirasi para muda Kalimantan Selatan layak untuk diperhitungkan, selayaknya Pangeran Antasari, yang tidak pernah menyerah, apalagi tertangkap, dan tak pernah terjebak dalam politik adu domba penjajah dan bujuk rayu yang ditawarkan kepadanya. Begitu pula dengan South Borneo Squad, yang nyaris tak ber-kompromi dengan pasar yang telah menjajah para muda labil. Mereka semakin kuat. “kami yang muak terasing, berjalan di keramaian, berdiri melawan arus yang mengekang”. 

Dan terima kasih kepada tuhan pencipta semesta, saya yang lemah ini diberi kesempatan untuk bertemu dengan para punggawa South Borneo Squad. Sore itu, disebuah lokasi komersil wilayah kota, dan bagi yang belum juga mengerti apa yang saya maksudkan, baiklah; South Borneo Squad adalah sebuah projek ejakulasi musik cadas yang menggabungkan beberapa band, bersama mereka menciptakan single yang kelak akan dijadikan anthem, dan mereka adalah Monster Jelly, Heat Seeker Rockets, New Day Is Over dan The Rindjink.

Mari lupakan sejenak tentang perbedaan genre musik masing-masing bands, yang jelas, mereka berada di wilayah kekuasaan mereka, wilayah bagi mereka yang merdeka, tak ada batas yang mengatas namakan selera pasar. Dan, iya..saya lebih tertarik untuk mengulas apa penyebab terbentuknya sekumpulan pasukan ini. Selayaknya pasukan Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron, South Borneo Squad adalah pasukan lainnya yang menyerang musik pupular yang tidak layak untuk populer. 

Berikut wawancara singkat saya  bersama mereka yang diwakili oleh; Eri (Monster Jelly), Iyuy (New Day is Over), Gory (the Rindjink) dan Romy (Heat Seeker Rockets), dan sebagai informasi, saat sesi interview dan pemotretan, keseluruh personil bands hadir, sebuah semangat yang layak ditiru saya kira, menakjubkan!

Apa yang membuat kalian berpikir untuk membentuk South Borneo Squad, dengan konsep menggabungkan 4 bands dalam satu nama besar SBS?
Gory : awalnya ide Romy dan Fery untuk membentuk konsep SBS, menggabungkan 4 bands untuk membuat single “We Are Not Dead”.
Romy : konsep ini menurut saya memang suatu terobosan baru di Kalimantan bahkan Nasional, idenya sih sederhana dengan menggabungkan 4 band dengan berbagai genre, lalu membuat karya bersama, ini juga menjadi ultimatum bahwa anak-anak dari Kalimantan Selatan juga nggak kalah dengan luar  kal-Sel bahkan luar negeri sana..hehehe.
Eri  : Dipermudah dengan kenyataan bahwa kami berasal dari tongkrongan yang sama, scene yang sama, walau ada yang ber-genre melodic-punk, Metal, dan lainnya, kami buktikan bisa bersatu dengan karya lagu yang kami bikin secara gotong royong.
iyuy  : kayaknya udah dijawab, sama aja sih dengan yang lain alasannya hehe.

Apa alasan pemilihan nama South Borneo Squad?
Romy : South Borneo itu artinya Kalimantan Selatan dan Squad adalah pasukan, jadi pasukan dari Kalimantan Selatan, sebagai identitas daerah asal kita, yang lainnya setuju, ya udah kita pakai nama itu..

Menurut saya, nama SBS itu mengkedepankan ke-lokalan kalian, kira-kira, ada nggak sih secara musikal dari karya yang telah kalian buat yang juga menonjolkan ke-lokalan itu?
Romy : Sejauh ini sih kita masih menonjolkan karakter masing-masing band, The Rindjink musiknya seperti ini, HSR seperti ini, NDIO gaya musiknya gini dan MJ memainkan karakter musik seperti ini..

Saya penasaran jika SBS diundang manggung, bagaimana kalian membagi waktu dan konsep panggung kalian?
Romy : Masing-masing 4 band main dulu bawain 2 ato 3 lagu, di akhir sesi pertunjukkan perwakilan dari 4 band bersama-sama memainkan lagu “We Are Not Dead”..

Lalu apa rencana selanjutnya SBS, setelah melihat respon baik dari para muda Banjarmasin?
Romy : Kita ber-rencana nge-rilis single kedua, mengingat respon single pertama antusiasnya lumayan cukup besar, terbukti dengan sold-outnya DVD SBS yang juga berisi klip dari lagu “We Are Not Dead” dan antusias anak-anak Banjarmasin yang hadir saat launching DVD SBS tersebut..
Iyuy : SBS rencananya akan ada bagian ke-2 nya, berisi beberapa bands juga yang berbeda genre, bisa dibilang SBS itu ada re-generasi nya... hahaha..
kira-kira seperti apa kwalifikasi dari bands yang bisa masuk dalam re-generasi untuk SBS yang edisi ke dua nantinya?
Romy : Yang pasti sih, band itu..
memiliki semangat kebersamaan yang kuat, memiliki karakter dalam musik nya, dan serius menggarap musiknya..
Iyuy : Konsisten di genre yang mereka usung, bukan band yang masih labil, tiap tahun berubah genre..dan yang parah, band itu berubah genrenya mengikuti trend yang ada..

Okay, cukup beralasan saya kira, lalu bagaimana menurut kalian kondisi, yah..sebutlah scene underground di Banjarmasin menurut kalian?
Gory : Menurut saya, dari era 2010 sudah mulai berkembang dan beragam, dibanding era 2006 masih terpaku dengan beberapa genre saja, seperti Metal, Punk..dan yang menarik, saat ini anak-anak SMA di BJM juga sudah mulai meramaikan scene underground, bahkan mengundang band-band Metal ke acara pensi-pensi mereka..
Romy : Lumayan signifikan perkembangannya, sekarang ini di acara-acara musik sudah tidak di dominasi oleh satu genre saja kalo di event itu, jadi udah mulai beragam jenis genre band yang main, ada Rock N Roll, Indie, Metal, Punk, Post-Rock macam-macamlah..
Eri : Semakin beragam, semakin maju musik independent BJM!
Iyuy : Dibanding tahun-tahun sebelumnya sudah banyak bermunculan band-band baru, dan itu juga mempengaruhi perkembangan musik underground di Kal-Sel nantinya.

Okay, kembali ke SBS, ada kepikiran nggak untuk membuat karya di SBS untuk menggabungkan musik etnik atau budaya lokal Banjarmasin dengan konsep musik bands yang ada di SBS?
Romy : Ide bagus juga itu, mungkin bisa di pertimbangkan hahaha..

Last Shout!
Gory : Tetap berpacu menghasilkan karya
Romy : konsisten dan eksis di genre yang dipilih!
Iyuy : Semoga lokal scene semakin maju!
Eri : maju terus musik Independen Banjarmasin!

Untuk keterangan dan info mengenai mereka lebih lanjut,
atau sekedar meramaikan fans page mereka, silahkan check di:
Share on Google Plus

About Richie Petroza

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.