![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-hnEiYBpz-23roZb3EcbHdJjCwXk7J8O4rGrag-Fae8gvjkdPr-C1Vkq_U89GTQYvqmsLwi9ZD7HZeUQ5fg9cJxOqdScRn3aZWLLushMpY686tQlu0ZVN4Jmr3nvdbLWjJZU1HQCqbXox/s1600/5.jpg)
Manusia Normal
Malam itu, kau berbisik tanya padaku
"Besok kita makan apa?"
"Dusta yang diawetkan" kataku pelan. Datar
"Hanya itu? lalu lauknya?" tanyamu meninggikan nada
"Pengkhianatan yang berisi asinnya kemunafikan"
lagi, kujawab sambil lengah. Datar
"Lalu kita minum apa?"
"Darah segar saudaramu yang telah kucampur dengan manisnya kehidupan"
jawabku tertahan
Kau murka, wajahmu memerah
"Aku bosan!" teriakmu menggerutu
"Bukankah itu sudah jadi makanan kita sehari-hari?!"
suaramu kasar menghardik.
Kudekatkan mukaku ke wajahmu, hingga nafas kita beradu.
Gemeritik gigiku geram, mata, kubelalakkan.
Lalu kujawab dengan nada yang sama
"Jika kau tak suka, silahkan pergi dari sini!! orang sepertimu tak layak hidup di Bumi!" kubalikkan badan, meninggalkanmu. Kesal.
"Dasar gila!" ujarku mengumpat setengah berteriak.
Hening.
Senyap.
Anginpun tak berani bersuara.
Kau menunduk lemah. Melirik langkahku yang mulai menjauh tergesa.
Kau torehkan ragu di wajahmu.
Malam itu, kau berbisik tanya pada dirimu
"Apakah aku atau dia yang gila?"
(Banjarmasin, 27/5/2014, 01.35 Wita)